Kamis, 01 Maret 2012

Last Moment

Tak terasa kini sudah hadir penghujung bulan yang digadang-gadang sebagai bulan kasih sayang ini.  Namun apakah hadirnya masih berarti baginya? Apakah bulan ini masih ada maknanya, dimatamu?

Bukan maksudku ingin meragukan segalanya tentangmu. Aku hanya takut kau berbohong kepadaku. Atau mungkin kau kasihan kepadaku sehingga kau menjadi bertindak seperti ini. Bodoh, jelas aku bodoh. Aku terlalu percaya kepadamu sehingga aku menaati kata yang pertama kali muncul di bibir orang lain, bukan hatiku.

Nyaris sebulan aku bergulat dengan pikiran kacauku tentangmu. Aku menghantam segala sesuatu yang buruk dan terus tersenyum walau itu sakit. Kemana kau selama ini? Apa kau tak merindukan aku? Atau mungkin, kepergianmu selama ini untuk melupakan aku ?

Kembali kumainkan potongan kisah kebahagiaan kita, sebelum kita menjadi satu. Apa sebelumnya kita terpisah? Apa yang terpisah? Mengapa kau tak membuat semua menjadi indah ketika kita masih terpisah?

Kau membuatku merindukan saat-saat dimana kita tak pernah bersatu. Aku sendiri, kau sendiri. Dan kita sedang merajut kisah kita sendiri-sendiri, dengan orang lain. Kau dengannya, dan aku berusaha meraihmu. Sedikitpun tak kau sadari itu, iya kan?

Aku terdiam, terpaku pada bungkus DVD itu. Terpampang jelas judul film yang pernah kita tonton bersama, berdua. Kau tertawa, senang sekali kudengar tawamu. Ada sedikit kenangan manis yang terselip, aku pernah tertawa bersamamu. Tapi kenangan buruk itu selalu menghantui. Kini aku menangis, dan lebih parahnya sambil merindukanmu. Karena kini tak ada lagi tawa yang bisa membuatku lebih baik.

Tak ada yang lebih baik dari kehadiranmu dan senyummu. Hidup terasa lebih mudah dijalani dengan adanya tawamu. Baru kusadari itu setelah kau pergi ..

Sekarang , bolehkah aku bertanya ?
Apa memang benar kau sudah berhenti mencintaiku ?


Hari hariku terasa lebih berat sejak ia pergi. Entah kemana, sejujurnya aku sadar aku terlambat mengatakan perasaanku padanya. Sejak hari dimana aku “nyaris” mengatakan perasaan itu, kau sudah lebih dulu mengatakan, namun entah kemana perginya dirimu setelah itu.

Aku terus menanti adanya telepon masuk darimu, kuharap begitu. Setidaknya, kabarilah aku. Kau anggap aku siapa setelah sekian lama kita bersatu? Kau lupa, atau melupakannya?

Kubiarkan waktu terus berputar.  Tak terasa sudah 2 minggu kau pergi, entah kemana

Memang bukan hak-ku untuk mengetahuinya. Aku bukan apa-apa dalam hidupmu, bisa dibilang hanya setitik embun kecil. Yang akan hilang ketika matahari-mu telah tiba. Tapi bagiku, engkaulah matahariku ..

Adakah aku dalam setiap nafasmu? Adakah aku dalam setiap benakmu?
Aku diam terpekur lagi, kupandangi sudut sudut jendela kamarku. Kuambil mp3 player warna biru itu, warna favorit kita, bukan? Kumainkan daftar putar “memories,” kubiarkan ia bermain secara shuffle. Tak sengaja yang dimainkan pertama, lagu mandarin itu. Lagu yang kau tawarkan kepadaku..

“Siapa yang kau pikirkan saat kau sendiri?”
 Kamu .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar