Senin, 28 April 2014

Filosofi Hidup Dari Kamar Mandi

Beberapa hari terakhir, mandiku terasa indah nan menyenangkan layaknya film india yang ceritanya lagi jatuh cinta terus nari-nari sambil meluk pilar. Kenapa? Karena rasanya badan ini harum nian, sampai ingin pingsan saja rasanya. hiks.
Enggak ding, ini serius. Boleh dikasih hastag #BasedOnTrueStory, terus dibikin novel, dibikin film, masuk oscar, di-remake, dikenang sampai kiamat. Tapi kalo liat ceritanya, sebenernya ga penting kok. 
Yah, masih berhubungan dengan kamar mandi dan sensasi filosofi hidup yang ia keluarkan dari dinding-dinding lembapnya. Sebelum cerita dimulai, aku kasih tips membaca cerita di bawah ini biar dapet bayangannya. 
Di kamar mandiku, ada 3 sabun cair yang model botolan. Botol-botol ini, fisiknya sama persis! Bekas botol sampo semua. Nah mereka bertiga biasanya berdiri berdampingan, persis di kiriku. Jadi, aku otomatis ambil yang berdiri paling kanan (paling deket sama badan sebelah kiriku). Paham? 

(botol) (botoll) (botolll)      (aku)

nah, aku ambil yang botolll. Si botolll sendiri berisi sabun mandi warna biru, esensi 'manly' banget. merek gatsb*. Si botolll ini, suatu kali pindah lokasi dan aku gatau kemana perginya ia, aku galau gundah merana mencarinya lalu putus asa #tsah. Akhirnya aku memilih memakai si botoll, yang notabene berwarna putih ala sabun wanita yg mengidamkan kulit mulus ala tahu bandung. Putih nan halus. 
Dan lembaran hidup baru pun kumulai. Mandi bersamanya terasa berada di Surga, baunya semerbak kemana-mana. Tapi giliran babak bilas-membilas, kayaknya si sabun dari botoll ini ga tega ninggalin aku. Nempel aja, jadi badannya masih licin-licin gimana gitu. So, aku terpaksa menghabiskan kuota air melebihi biasanya, demi si sabun botoll ini. Kalo udah kepepet telat sekolah, akhirnya aku terpaksa langsung lap pake handuk, bilas lagi, handukan lagi. Huh. 
Dan begitulah hari demi hariku bersamanya. 
Tamat. 
Hehehe, nanggung ya? Belom selesai lah, masih ada lagi. Ini baru menjelang klimaks. 
Suatu kali, waktu lagi enak-enak mandi, tiba-tiba aku membaui harum yang familiar. Bau sampo. Dari badanku. 
It means, selama itu, aku mandi pake sampo. greget banget, untung ga keramas pake odol. 
"Wah, rambutmu kok baunya sama kayak gigiku?" kan ga lucu juga dibilang begini. 

Kadang, dalam hidup, kita melakukan banyak kesalahan. Ada yang kita sadari, banyak pula yang secara tak sadar. Masih bagus kalau kita akhirnya mampu membedakan ini benar-ini salah. Karena, pada kenyataannya kita lebih memilih untuk menutup mata pada kenyataan yang ada. Seperti contohnya, aku tadi. Mandi pake sampo. Mungkin, aku langsung setuju-setuju aja karena sampo emang baunya enak, jadi aku ga sadar kalo selama ini mandi pake sampo. Untungnya sekarang udah tobat, sampo rumah abis mendadak kena saya. Huhu

So, mungkin kesimpulannya kaya gini. 
Jangan menutup mata, telinga bahkan mulutmu untuk suatu kesalahan yang kau rasakan. Speak up, and do the right things! 
Dan jangan mandi pake sampo. Licin. 

Senin, 21 April 2014

ibuk.

Resensi Novel 'ibuk' - Iwan Setiawan

'Ibuk melalui hidup sebagai perjuangan. Tidak melihatnya sebagai penderitaan.' - hlm 240

Judul    : ibuk,                                      Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Iwan Setiawan                        Tahun terbit     : 2012

Salah satu novel inspiratif yang dapat kita temui di Perpustakaan Thomas Aquino SMAK St Louis 1 adalah novel 'ibuk,'. Novel ini merupakan novel kedua karya Iwan Setiawan sesudah '9 Summer 10 Autumn'. Dalam buku ini, kita dapat lebih mengerti mengenai kisah hidup dari Iwan alias Bayek. Ibuknya seorang gadis polos, Tinah yang jatuh cinta dengan seorang playboy pasar Batu, Sim. Keduanya memutuskan untuk menjalani hidup bersama, baik senang maupun susah. Keluarga sederhana tersebut mempunyai 5 orang anak, yakni Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Ibuk membesarkan mereka dengan kesederhanaan serta kerja keras sang Ayah yang setia membawa bemonya berkeliling kota Batu. Walaupun hanya bisa makan dua butir telor dadar untuk 7 orang, mereka merasa hal tersebut merupakan 'lem' yang merekatkan mereka bersama.
Pekerjaan ayahnya sebagai sopir angkot memang berat. Kadang, uang belanja ibuk terpaksa digunakan untuk mereparasi angkot bapak. Ibuk terkadang menangis sesenggukan. Hal tersebut membuat Bayek bertekad untuk membahagiakan Ibuk. Ibuk terus berdoa setiap hari agar kelima anaknya mendapatkan pendidikan yang layak, didasari pengalaman hidupnya yang tidak tamat SD. Sang ibuk terus berusaha menyisihkan uang untuk membayar SPP, walaupun harus berhutang sana-sini.
Salah satu bagian menarik dalam novel ini adalah ketika Ibuk bertemu dengan Mbah Carik, sang orang pintar di desa mereka. Mbah Carik melihat Bayek yang berjalan di belakang Ibuk, dan ia mengatakan bahwa suatu saat nanti, Bayek mampu membahagiakan keluarga mereka. Awalnya, Ibuk tak menanggapi hal tersebut dengan serius. Namun, belasan tahun kemudian hal tersebut terbukti dengan hasil kerja keras Iwan. Novel-novel karyanya meledak di pasaran, diiringi dengan kualitas yang menjanjikan. Novel ini sendiri, bisa dianggap sebagai 'buku keluarga' yang Bayek maksud dalam novel ini. Ia pernah mengungkapkan bahwa keluarga mereka tak memiliki foto keluarga, dan ia memilih untuk menulis buku tentang keluarga manisnya.
Berkat keteguhan doa Ibuk dan Bapak, Bayek pun akhirnya mampu memulai karirnya di New York. Selama 9 musim gugur dan 10 musim semi ia lewati di sana sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Batu untuk berkumpul bersama keluarganya. Namun sayang, suatu ketika sang ayah jatuh sakit, dan kemudian berpulang ke surga karena sakit. Sang ibuk sangat terpukul ketika belahan jiwanya berpulang, begitu juga dengan 5 anak mereka yang kehilangan panutan hidupnya.
Bagi kalian yang suka membaca, ‘ibuk,’ termasuk salah satu yang patut dibaca. Kisah dalam novel ini mampu membuat kita semua tersenyum, tercengang dan merasa bersyukur atas hal-hal yang mungkin terlihat kecil, namun melengkapi kebahagiaan di kehidupan ini. Banyak pelajaran penting dalam novel ini, diantaranya kerja keras dan ketekunan serta doa yang mampu membantu kita dalam mengarungi sulitnya kehidupan (/jen)


Senin, 14 April 2014

m a g i c .

Such a long time to not updating this blog, huh? I'm on-my-way to having my extra hell-time on my last junior time at Sinlui. Wish me luck, buddy. Ga kerasa ternyata sekarang udah bulan April. Bulan yang ditunggu-tunggu mulai awal Januari, kebingungan karena cuma punya empat bulan tersisa, dan ternyata empat bulan tersebut ga ada gunanya sama sekali, malah memperburuk situasi. Dan kalau sekarang tanggal 14, berarti ..