Senin, 06 Juli 2015

Time Travel

Holla fellas! Akhirnya, setelah sekian lama engga update blog dengan rutin, hari ini aku memutuskan untuk kembali dari hiatus-ku sebagai blogger. Yup, I'M BACK! *tebarconfetti* Yah, walaupun mungkin nanti bakalan aku isi dengan banyak galauan, aku usahakan isinya lebih dari sekedar basa-basi cinta. Now I'm joining the 'Reading Challenge', jadi aku bakalan baca novel, nulis resensi, dan kasih komentar. Silahkan kasi komentar supaya lebih asyik dalam mbahas bukunya, yaw!

Sebenernya, alesan utama aku kembali nge-blog adalah karena (tiba-tiba) aku sadar, some parts of my life bener-bener cinta menulis. All this time, aku cuma mbayangin apa yang ingin aku tulis di dalam kepala, di dalam kamar mandi. So, after keluar dari kamar mandi, POOFT! Hilang semua. Great, then. I'm such a forgetful person, so I have to write everything on memo, huehehe. Also, inspired by my bestbud, Chika (ig: bedatapisama) yang mulai upload vlog untuk mengekspresikan dirinya. It's a good thing, uh?

Okay, cukup untuk pembuka kembalinya Jane ke dunia curhatan galau, let's go to main topic.

Hari ini aku dan Yoga, my childhood bestfriend, memutuskan untuk nonton Terminator: Genisys sebagai pengisi waktu luang liburan. 4 out of 5 lah, keren efeknya, sedikit rumit bahasanya (fisika banget lah). Starring Arnold Schwarznegger, John Clarke, and Jai Courtney, this is a comeback for the bodybuilder master! Sebenernya, agenda nonton hari ini simpel saja. Dateng bioskop, duduk, nonton, pulang. Stupid me, I'm replaying some memories.

"Aku duduk di bangku B10 dan B11. Hawa dingin mengusik tubuhku, sehingga aku memutuskan untuk meminjam jaket  milik Yoga. Motifnya simpel, zebracross. Black and white.  Aku ingin menyeberang ke hatinya, tapi lampu merah itu menyala cukup lama. Aku tahu, aku harus mencari jembatan penyebarangan agar lebih mudah, ya kan?

Film belum lama diputar, tapi hawa makin dingin. Entah mengapa, aku selalu refleks menyandarkan kepalaku ke bahu partner menontonku. Selalu. Wanita, pria, adikku,tanteku, aku tak peduli. Sejujurnya, aku rindu ketika aku berada di sisinya. Menggenggam erat tangannya ketika aku ketakutan, mendengarnya ketika menjelaskan plot-twist yang ribet, atau menutup mataku saat akan ada adegan 17+. Hal-hal kecil yang selalu membuatku jatuh hati padanya.

Bahkan aku jatuh hati pada aroma jaket biru itu. Aku selalu gagal menjelaskan bagaimana aromanya. Tidak manis, tidak juga harum. Aroma itu menenangkan, dan aku hafal. Aku akan langsung mengenali bahwa ini bau tubuhnya. Aku hafal, karena dalam setiap pelukan tubuhnya, aku akan menarik nafas dalam-dalam, ingin mengirimnya pesan bahwa aku takkan melupakannya. Tidak sedetikpun.

Film hari ini mulai berceloteh tentang kehidupan. Tidak penting. Aku akan menjalaninya sendiri dan aku akan menghafalkannya sendiri. Aku bosan, dan aku langsung menarik ujung lengan jaket ke hidungku.

Aroma yang sama.
Lalu aku menangis, merindukan dirinya.
"Aku belum pernah melepaskanmu seutuhnya, ya kan?" Pikirku dalam hati.
"Tidak akan pernah." "

Dan begitulah cara aroma tubuh seseorang yang kau cintai merusak seluruh ketegangan film action. Kadang aku ingin mengacaukan alur waktu, sama persis seperti di film Terminator. Cukup masuk ke mesin, mencegah hal buruk terjadi, dan masa depan akan berubah. Tapi, mana ada mesin waktu? Menunggu doraemon aja kali ya...

Pada akhirnya, aku terus bertanya pada Yoga, sabun apa yang ia pakai, apa bahan jaketnya, apa merk pewanginya. Terjawab sudah pertanyaanku selama ini, "apa merk-nya?" Sudah berulang kali aku keluar masuk supermarket, membuka botol-botol pewangi, mencocokkan baunya. Terus seperti itu, dan hasilnya nol. Tak pernah kutemukan.

Hari ini, aku sadar. Sejauh apapun aku mencari, pada akhirnya orang terdekatmu lah yang akan memberi jawaban. Masalahnya, aku bahkan tak tahu apakah aku harus meminta maaf, marah, atau berterimakasih pada Yoga. Argh ....

Well then, sekian dulu curhatan-semi-cerpen kali ini. Thanks for reading! Xx.