Selasa, 12 November 2013

Hobby ..

Let's call everyone have a hobby.

Uhm, seenggaknya pasti ada satu, kan? Your wasting-time activity, your pleasure time.. Entah itu sekedar tidur, ngupil, olahraga, movie marathon, rendeman badan di bathtub, atau apapun deh. Don't say you didn't have any. Bahkan untuk sekedar stalkingin mantan di twitter (dalam jangka waktu yang berturut-turut.. ) yeah that's kind of your hobby.

So, here I am, wanna tell you something bout my hobby, my wasting time activity... my guilty pleasure activity.

Sederet aktivitas nonsense (buat kalian-kalian; buat aku ENGGAK) yang dijadiin jurnal harian. Hey, this is my personal blog, isn't it? Daripada diem-diem mati sendiri mikirin kalimat-kalimat nyelekit, mendingan jadiin aja bahan bacaan di kala nganggur. Yup, kerjaan di kala aku nganggur (salah satunya) adalah bukain blog. I mean, blog ku sendiri, ya ini. Kalo ada yang baca tulisan ini, mungkin cuma aku yang lagi kejepit di sekolahan yang udah mirip kuburan, terbunuh janji-janji yang dipatahin sendiri.

Start from number one ... EAT and EAT.
Hobi memasak jadi pelaku terbesar yang bikin aku ga bisa berhenti makan. Tepat 15 menit sebelum aku nulis ini, aku lagi duduk-duduk bahagia di meja makan, menyantap mie ijo (i'm not a vegan, but surely that taste really good kok), dua piring nasi putih buatan mama yang porridge look alike, ditambah satu risoles spesial sama tiga biji gorengan stik.

Jadi, nggak heran kalo badanku kaya anak babi disogrok air 1 galon, lha wong makan di malem-malem, apalagi makanannya begitu pula. But, why not? They say YOLO, mau aku gendut, aku kurus, what's ur problem? Mau diet, ain't nobody got times. Toh, kurus juga nggak jamin aku bahagia (ALESAN LU!) Ditambah lagi, kalo aku yang masak (jangan ngece dong, aku juga mau jadi mama yang baik buat anak-anakku nanti #tsaah) pasti .. porsinya ajegile. 2 orang bisa mati kekenyangan. Giliran makanannya enak, ada aja yang makan. Tapi kalo ga enak, innalilahi, mati deh.

Number two, mewek-mewek ga jelas habis baca novel picisan.
Ya-ya-ya, emang tipe cewek mellow. Badannya aja gede, giliran dikasih buku model Autumn in Surabaya udah nangis badai halilintar.
But that's my guilty pleasure. Aku ngerasa bersalah dengan me-relate kan semua kisah yang pernah aku baca dengan kenyataan, sambil mikir 'duh kapan ya begini' karena pada ujungnya aku juga bakalan mewek-mewek ala film sinetron. Kalo airnya ditaruh ember, mungkin cukup buat mandi satu keluarga.

But I'm not that type or girl that wasting time by crying. Toh, akhirnya aku diem-diem sendiri, ketawa lihat endingnya yang unexpected (aku ga bisa nebak akhir narasi), dan... Ya sudah. Aku ga bisa nyambungin itu semua sama kenyataan.
And that's my luxury time, menangisi keadaan. Rasanya? Kaya habis ketemu cowok ganteng idaman kamu, dan dia lagi senyum ke arahmu.
Mak-NYES! Bolong sudah kau punya jantung itu.

Number three.... Taking decision?
Aku ga bisa kasi itu judul, but this happen today. Pada akhirnya aku sadar, keluar dari suatu geng (geng apapun itu, sepertinya ..) bakal memberikan efek yang buruk, sekaligus baik. Holy Crap, semoga elo kerasa aja ya, kumpulan manusia yang bikin saya semakin ga bener.

Yah, as usual, freshman pasti masih hobby kumpul sama temen satu almamaternya dulu. Same too, here. Aku gak tau awal mulanya darimana, pada akhirnya aku jadi kumpul bareng mereka. They're so fun, exciting as fireworks, but hurt as hell. Nggak, mereka emang ga nyakitin aku. Tapi, pada akhirnya iya setelah aku keluar.

That decision which answering that who you are few years more, were based by your friends now.
I know who makes this worst, makes some of my friends suffering from this pain. Dan mereka, ga bakal pernah nyadar sakitnya dihina-hina, dijauhin begitu aja TANPA ALASAN. Okay, maybe there's a reason, cuma karena kita saling ga cocok, tapi toh lebih baik dijauhin daripada dihina-hina, kan?
Pilihanku beberapa minggu terakhir; menjauh dari mereka. Being me was the best way to hold on. Kalo sampai sekarang aku masih disana, resiko bakalan semakin banyak. First, aku jadi ikutan benci some of classmates. Second, aku bakalan jadi anak yang (makin) ga bener. Last, I'll hate myself.
Tapi, aku cuma gamau kejadian kelas 9 SMP terulang lagi. They're hating me, (egoism, moody, yes that's me.) and unfortunately, I have no friend. Aku cuma gamau temen-temen yang lain ngalamin hal yang sakitnya luar biasa. Told you, sakit di hati jauh lebih serem daripada sakit di badan. They're already told you, right? Revenge mission-nya emang belum jalan, karmanya udah disiapin sama yang di atas.

The point is, ambil keputusan yang tepat pake hati. Tapi, kalo pake hati resikonya emang duh-duh-duh, but you know what? Seenggaknya sesakit-sakitnya keputusan itu, masih bisa bersyukur karena pilihan sendiri.
Dan buat kalian, emang dasar pecundang yang nggak punya pendirian. Go fuck yourself, shitty little shit.
Last, i'm so sorry. Mungkin nulis gituan di blog termasuk hobby, yah? Toh mereka ga tau aku ada blog. I just can't hold this pain anymore, seriusan, sakit. Keledai sedang persiapan jatuh ke lubang yang sama, untuk ke sekian kalinya.

Eh iya, lagi pengen nulis cerpen. Ngga punya topik.
NB: Kapan jadian?