Minggu, 19 Mei 2013

untitled.


Lelaki itu berjalan perlahan. Langkahnya gontai. Kadang kaki kanan yang ia seret, kadang berganti ke pasangannya. Matanya sayu, entah karena menangis, entah karena arak di kedua tangannya.

Ia meneguk arak-arak itu, lagi. Entah sudah ke berapa kalinya. Dan ia kembali ke ujung bar ini, berteriak-teriak meminta puluhan jenis arak yang sama.

Lalu ia meneguknya cepat-cepat, seperti seseorang yang mengalami dehidrasi. Lalu ia tertawa. Kemudian meletakkan botol arak yang ke.. entahlah, mungkin yang ke 26 tersebut dengan keras.

Kepalanya didongakkan ke atas. Kemudian tertawa. Lalu menunduk, dan tertawa lebih keras lagi.

Sayangnya tak ada yang perduli.

Puluhan botol arak itu kini berbaris di hadapan lelaki kekar itu. Sudah tak ada setetes pun yang tersisa di dasar. Kalaupun ada, ia pasti berteriak: "Keluar kamu, dasar pelacur!" lalu meneguknya dengan rakus, seperti tak ingin meninggalkan arak barang setetes pun.

Matanya menyapu ruangan gelap ini. Sudah bisa dipastikan, arak-arak itu sukses menghancurkan penglihatannya. Koordinasi otak takkan pernah berjalan lancar bila alkohol-alkohol yang mengalir ke darah itu ikut berselancar menuju otak. Tebaklah. Ia terjatuh. Lalu tertawa.

Katakan saja ia gila, atau kelainan mental. Maka ia akan tertawa (lagi) dan membanting satu botol arak. Dan bisa dipastikan, ia akan tertawa. Tertawa keras sekali, seperti mendapat lotre satu juta euro, kemudian tidur bersama gadis-gadis pelacur itu.

Tepat pada botol arak ke 30, ia terdiam. Menyodorkan setumpuk uang pada bartender, lalu menyeret kaki-kakinya. Badannya gemetar. Yah, ia .. mabuk. Sepanjang jalan ia meracau. Tertawa haha-hihi lalu berputar-putar seperti balerina. Kabar baiknya, waktu itu sudah pukul 3 pagi. Waktu dimana kota dipastikan 90% sepi-pi-pi.

Mendadak ia tertawa. Tangannya diangkat tinggi-tinggi ke atas, lalu menari-nari. Melompat kesana kemari, menjerit-jerit penuh tenaga.

Sebuah nama meluncur dengan cepat dari bibirnya. Dan terjadi terus menerus. Katakan, ia gila. Lalu ia akan menyebut nama wanita itu, untukmu, 10 kali lebih cepat, sampai semua liurnya berhamburan kemana-mana. Sediakan payung untukmu sendiri.

Sampai pada detik ia lelah. Terjatuh, berguling-guling. Seperti meminta pelukan kepada jalanan malam. Dingin. Takkan ada yang memeluknya selain aspal-aspal itu.

Entah untuk kali ke berapa, ia tertawa lagi. Setiap kali ia berhenti tertawa, tawa selanjutnya lebih keras.
Tidakkah kau lihat .. air matanya mengalir?

Katakan padaku, apakah semua orang yang tertawa adalah orang yang bahagia?

sby, 15/05/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar