Senin, 21 April 2014

ibuk.

Resensi Novel 'ibuk' - Iwan Setiawan

'Ibuk melalui hidup sebagai perjuangan. Tidak melihatnya sebagai penderitaan.' - hlm 240

Judul    : ibuk,                                      Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Iwan Setiawan                        Tahun terbit     : 2012

Salah satu novel inspiratif yang dapat kita temui di Perpustakaan Thomas Aquino SMAK St Louis 1 adalah novel 'ibuk,'. Novel ini merupakan novel kedua karya Iwan Setiawan sesudah '9 Summer 10 Autumn'. Dalam buku ini, kita dapat lebih mengerti mengenai kisah hidup dari Iwan alias Bayek. Ibuknya seorang gadis polos, Tinah yang jatuh cinta dengan seorang playboy pasar Batu, Sim. Keduanya memutuskan untuk menjalani hidup bersama, baik senang maupun susah. Keluarga sederhana tersebut mempunyai 5 orang anak, yakni Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Ibuk membesarkan mereka dengan kesederhanaan serta kerja keras sang Ayah yang setia membawa bemonya berkeliling kota Batu. Walaupun hanya bisa makan dua butir telor dadar untuk 7 orang, mereka merasa hal tersebut merupakan 'lem' yang merekatkan mereka bersama.
Pekerjaan ayahnya sebagai sopir angkot memang berat. Kadang, uang belanja ibuk terpaksa digunakan untuk mereparasi angkot bapak. Ibuk terkadang menangis sesenggukan. Hal tersebut membuat Bayek bertekad untuk membahagiakan Ibuk. Ibuk terus berdoa setiap hari agar kelima anaknya mendapatkan pendidikan yang layak, didasari pengalaman hidupnya yang tidak tamat SD. Sang ibuk terus berusaha menyisihkan uang untuk membayar SPP, walaupun harus berhutang sana-sini.
Salah satu bagian menarik dalam novel ini adalah ketika Ibuk bertemu dengan Mbah Carik, sang orang pintar di desa mereka. Mbah Carik melihat Bayek yang berjalan di belakang Ibuk, dan ia mengatakan bahwa suatu saat nanti, Bayek mampu membahagiakan keluarga mereka. Awalnya, Ibuk tak menanggapi hal tersebut dengan serius. Namun, belasan tahun kemudian hal tersebut terbukti dengan hasil kerja keras Iwan. Novel-novel karyanya meledak di pasaran, diiringi dengan kualitas yang menjanjikan. Novel ini sendiri, bisa dianggap sebagai 'buku keluarga' yang Bayek maksud dalam novel ini. Ia pernah mengungkapkan bahwa keluarga mereka tak memiliki foto keluarga, dan ia memilih untuk menulis buku tentang keluarga manisnya.
Berkat keteguhan doa Ibuk dan Bapak, Bayek pun akhirnya mampu memulai karirnya di New York. Selama 9 musim gugur dan 10 musim semi ia lewati di sana sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Batu untuk berkumpul bersama keluarganya. Namun sayang, suatu ketika sang ayah jatuh sakit, dan kemudian berpulang ke surga karena sakit. Sang ibuk sangat terpukul ketika belahan jiwanya berpulang, begitu juga dengan 5 anak mereka yang kehilangan panutan hidupnya.
Bagi kalian yang suka membaca, ‘ibuk,’ termasuk salah satu yang patut dibaca. Kisah dalam novel ini mampu membuat kita semua tersenyum, tercengang dan merasa bersyukur atas hal-hal yang mungkin terlihat kecil, namun melengkapi kebahagiaan di kehidupan ini. Banyak pelajaran penting dalam novel ini, diantaranya kerja keras dan ketekunan serta doa yang mampu membantu kita dalam mengarungi sulitnya kehidupan (/jen)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar